Artikel

Sepenting Ini Peran Relawan Ziswaf

Lebih sering kita malu karena meminta zakat, infak, sedekah dan wakaf padahal tugas ini mulia, karena mindset kita.

Sore ini, Ahad (10/4/2022) masih terkantuk dari tidur siang. Menyimak pesan singkat dari grup, agenda Training Motivasi Online Para Relawan se-Sumsel bersama H Achmad Ridwan. Biasanya telat kupikir, karena menyiapkan diri untuk mengikuti habis waktu hampir 15 menit. Belum lagi materi yang biasanya membosankan, membuat tak semangat mengikuti. Ternyata…

Kenapa kita menjadi relawan? Karena dana operasional dakwah (secara profesional) untuk lima tahunan, sangat tidak cukup.

Contoh successtory di Bekasi, dibangun beberapa lembaga filantropi daerah yang mematuhi secara regulasi & sesuai NKRI. Aset hingga puluhan milyar.

Beberapa relawan yang menghimpun dana secara personal kontribusinya hingga ratusan juta.

Satu kecamatan di Bekasi bisa menyamai pendapatan satu provinsi di Riau, sekitar Rp 3 milyar.

Ubah mindset beban pada relawan menjadi fastabiqul khairat. Problem di daerah ada dua yaitu pemahaman dan manajerial.

Tidak memiliki binaan, kurang bergaul di masyarakat, jarang menjadi tokoh/pengurus tingkat warga. Lebih suka left group ketimbang bertahan di grup pesan singkat.

Relawan yang mengerti adalah menjemput bukan menunggu, karena menjadi jembatan untuk menyucikan harta milik orang lain (muzzaki). Penelitian membuktikan bahwa 85% orang berderma karena diminta. Kita meminta bukan untuk diri kita. Mulailah meminta kepada orang-² terdekat atau lingkaran sekitar.

Cerita Ahmad Baidhowi: Saya membagi flyer ke semua nomor kontak yang saya punya kecuali kader (orang yang paham). Bila mereka belum merespon, saya kirim doa:

Terima kasih atas atensi bapak/ibu/saudara atas sumbangsihnya, semoga Allah SWT memberkahi harta bapak/ibu/saudara sekalian.

Setelah itu mereka membalas:
Oh ya, maaf slow respon, terima kasih doanya
Maaf Pak sudah disalurkan ke tempat lain…

Intinya, tidak ada yang kesal.

Ada juga cerita tentang Sobarni, tukang sol sepatu yang kadang tidak memperoleh penghasilan setelah keliling seharian. Biasanya, ketika waktu Dhuha sudah ada pelanggan, langsung pulang ke rumah untuk diberikan ke istri supaya bisa sarapan atau makan. Nah, kali ini hingga petang dan pulang belum satu pun orang menggunakan jasanya. Padahal, ia dan sekeluarga belum makan dari pagi.

“Mana Pak, uang hari ini?” tanya istrinya.

Oh, eh, saya ada janji dengan tetangga kita,” katanya mencoba menutupi percakapan sehingga istrinya mengizinkan ia bekerja lagi. Meski sudah dapat uang pun kadang ia lebih memprioritaskan sekolah anaknya ketimbang makan.

Hingga akhirnya tak disangka ketika sampai di masjid tempat Achmad Ridwan menjadi ketua DKM ada yang menggunakan jasanya, dua sepatu dan sandal. Achmad Ridwan pun meminta izin menginfokan tentang dirinya sehingga banyak yang ingin membantu hingga menjadi orang tua asuh untuk pendidikan anak-anaknya.

Jika kita tidak memiliki banyak harta untuk membantu orang lain secara langsung, maka mintalah bantuan orang yang memiliki harta untuk melakukannya sehingga kita turut membantu secara tidak langsung.

Kemampuan kita membuat narasi yang membangkitkan emosi adalah marketing yang paling kekinian, bukan seperti iklan zaman dulu.

Bagaimana, rencana target zakat tahun ini?

🧩 by: ɐloɹɐɔ‾ɐp@

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button