Berkah Pinjaman Syariah, Meski Terbatas
Silaturahim Antar Pengusaha Anggota BMT Insan Mulia
Dari ribuan anggota BMT, skema pembiayaan tak sedikit yang konsumtif. Padahal, pembiayaan untuk usaha produktif sangat dibutuhkan demi menjaga eksistensi Usaha Mikro, Kecil & Menengah (UMKM) untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.
Jangan sampai ketika modal sudah tersedia, tetapi pelaku usaha di lapangan minim pengalaman, ditambah tak mau berbagi pikiran. Tengoklah kebijakan top down pemerintah yang tak sampai menyentuh akar rumput. Anggaran luar biasa, namun minim hasil. Mirisnya, tak sedikit yang menjadi kasus.
Pengalaman adalah investasi paling berharga, mahal dan sulit serta tak sedikit yang dikorbankan, maka permudah dengan berbagi. Penting bagi kita mendengar langsung dengan pelaku wirausaha. Saat ini perlu ada wadah silaturahim, setidaknya untuk sesama anggota BMT. Siapa tahu disinilah berkahnya.
Pada Kamis (16/12/2021), BMT Insan Mulia akan mengundang secara terbatas beberapa anggota, sembari membentuk pola ke depannya. Rencananya pertemuan seperti ini akan rutin, sebagai awalan, dipilih sebagai keynote speaker Safrianto Anggota BMT Insan Mulia yang usaha bisnis sapi dan kambingnya mendapat pembiayaan terbesar, saat Idul Adha 1442 H lalu.
Apa saja pesan dan masukkan yang bisa kita peroleh dari yang bersangkutan?
Berkunjung ke Nurul Aqiqah
Sembari mengundang Safrianto, pemilik usaha sapi dan kambing yang cukup besar di Palembang ini, BMT Insan Mulia bertamu ke rumah, kantor usaha, hingga lokasi kandang Nurul Aqiqah, Jumat (10/12/2021). Pertama di Jalan Swadaya – Pakjo lalu dilanjutkan ke Jalan Sukasari, Ilir Barat I, Palembang.
Di Sumsel, ternak kambing tak banyak karena kultur budaya. Coba bandingkan perjalanan antara Palembang ke Lampung melalui tol, di sepanjang jalan akan nampak jelas perbedaannya. Bukan hanya budaya, dalam kehidupan sosial hingga bisnis juga beda. Sayangnya, sinergi sesama pengusaha sangat minim. Sepertinya ego lebih mendominasi. Bukan saling merangkul, malah saling meniadakan seperti diungkap Safrianto. Padahal, “Usaha kambing adalah bisnis kepercayaan,” ujarnya.
Ia merintis usaha bersama istrinya Indri Hapsari dari kecil-kecilan dengan banyak sekali tantangan serta kerugian di berbagai lini: hewan kurban, aqiqah, catering, hingga nasi kebuli Kemonya. Mulai dari iseng-iseng hingga kewalahan. Pernah ada pesanan hingga 100 ekor kambing per hari.
Saat ini harga daging semakin mahal sedangkan stok kambing menipis, sehingga harga melonjak.


